Kuala Kapuas_ Kwartir Ranting
Bataguh menggelar kegiatan pelatihan Dasar Survival dan Navigasi Darat yang
diikuti oleh anggota Pramuka Penegak Pandega dan Pembina. Peserta bukan hanya wilayah Kapuas saja tetapi ada
juga Pulang Pisau serta dari Kalimantan Selatan . Kegiatan ini berlangsung pada
tanggal 17-19 Januari 2025, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan peserta
dalam bertahan hidup di alam dan navigasi darat serta mengenal situs Sejarah
Nyai Undang yang ada di Bataguh “ucap Ka Sugi” selaku Ketua Kwaran Bataguh
Pelatihan dimulai dengan
pengenalan teori tentang teknik survival, termasuk cara membuat membuat kompor
lapangan, tanaman yang bisa dimakan/obat, masak rimba dan membuat bivak.
Peserta juga diajarkan tentang penggunaan kompas dan peta untuk navigasi.
Kegiatan ini dipimpin oleh instruktur Kak KIPO dari Kota Malang Jawa Timur yang memberikan penjelasan
mendalam serta tips praktis yang berguna saat berada di alam liar, serta materi
dari Kodim 1011/KLK tentang materi Kompas ada juga materi dari Kak Yakup dari
Palangkaraya tentang survival
Mereka dibagi ke dalam beberapa
kelompok untuk melakukan Hari pertama sesi teori dan bermalam di GOR Mambulau
kemudian pada pagi hari melakukan Long March ke Situs Nyai Undang
Perjalanan menuju situs Nyai
Undang di Kuta Bataguh bukanlah hal yang mudah. Berbagai tantangan dan medan
sulit harus dihadapi oleh para peserta yang ingin menyaksikan langsung jejak
sejarah dan legenda yang mengelilingi sosok Nyai Undang, seorang ratu yang
dikenal karena kecantikan dan kebijaksanaannya.
Awal Perjalanan
Pagi itu, rombongan kami
berkumpul di titik awal perjalanan di sekretariat Kwarran Bataguh, bersemangat
untuk menjelajahi kawasan yang kaya akan budaya dan sejarah. Peserta dan
Panitia memulai perjalanan dengan berjalan kaki , melintasi jalanan yang
berliku dan menanjak menuju Kuta Bataguh. Di sepanjang perjalanan, pemandangan
alam Kalimantan Tengah yang memukau menjadi teman setia, namun jalanan yang
rusak dan berbatu membuat perjalanan terasa menantang.
Medan Sulit
Setelah beberapa jamperjalaanan, peserta
tiba di area hutan yang harus dilalui dengan berjalan kaki. Medan becek, air
dalam dan licin akibat hujan membuat langkah kami harus lebih hati-hati.
Beberapa anggota rombongan terjatuh, tetapi semangat untuk mencapai situs Nyai
Undang tetap membara. Peserta saling membantu satu sama lain, mengulurkan
tangan untuk membantu rekan-rekan yang kesulitan.
Di tengah perjalanan, pesert
berhenti sejenak untuk beristirahat. Di sinilah para mendengar cerita-cerita
dari penduduk lokal tentang Nyai Undang—bagaimana dia memimpin rakyatnya dengan
adil dan bijaksana, serta pertempuran melawan Raja Sawang yang terkenal.
Kisah-kisah ini semakin membakar rasa ingin tahu kami tentang situs yang akan
kami kunjungi.
Menyusuri Jejak Sejarah
Setelah melewati hutan lebat dan
medan terjal, akhirnya kami tiba di situs Nyai Undang. Di sana terdapat
sisa-sisa bangunan tua dan kayu ulin yang menjadi saksi bisu perjuangan ratu
tersebut. Peserta mengamati setiap detail sambil membayangkan bagaimana
kehidupan di masa lalu.
Perjalanan pulang terasa lebih
ringan meski tubuh sudah lelah. Peserta membawa pulang bukan hanya kenangan
indah tetapi juga pengetahuan baru tentang sejarah dan budaya Kalimantan
Tengah. Pengalaman ini mengajarkan kami arti ketekunan dan kerja sama dalam
menghadapi tantangan.
Kunjungan ke situs Nyai Undang
bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang
menghubungkan kami dengan warisan budaya nenek moyang.
Setelah selesai dari situs Nyai
Undang peserta berpindah lapangan tembak Kodim 1011/KLK yang bawa oleh armada
Kemensos. Peserta mendirikan tenda dan malam harinya sesi teori, peserta
langsung melakukan praktik di lapangan. simulasi pembuatan api dan jebakan
makanan. Meskipun beberapa peserta mengalami kesulitan pada percobaan pertama,
mereka berhasil memperbaiki teknik mereka setelah mendapatkan bimbingan dari
instruktur.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus
pada keterampilan teknis, tetapi juga menekankan pentingnya kerja sama tim dan
komunikasi antar anggota kelompok. Di akhir pelatihan, semua peserta berhasil
menunjukkan peningkatan kemampuan dalam teknik survival dan navigasi.
Kwartir Ranting Bataguh berharap
melalui kegiatan ini, para anggotanya dapat lebih siap menghadapi situasi
darurat di alam bebas serta meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian
mereka. Kegiatan ditutup dengan evaluasi dan diskusi mengenai pengalaman yang
didapat selama pelatihan.
Jurnalis : Satria_Kps
#1515 (Indonesia Scout Journalist)